Kamis, 06 Desember 2012

tugasq



PEMBELAJARAN MENULIS BAGI SISWA BERKESULITAN BELAJAR
A. PENDAHULUAN
Menulis merupakan keterampilan yang sangat kompleks jika dibandingkan dengan penguasaan keterampilan-keterampilan lain dalam belajar. Proses belajar menulis pada hakekatnya merupakan suatu proses neurofisiologis dimana akan terjadi peningkatan aktivitas sistem syaraf ketika suatu proses menulis sedang berlangsung.
Pembelajaran menulis yang dikenal selama ini mencakup menulis dengan tangan, mengeja, dan menulis ekspresif. Menulis dengan tangan disebut juga menulis permulaan dan terkait erat dengan membaca, sedangkan menulis ekspresif disebut juga mengarang atau komposisi.
Kesulitan menulis pada anak berkesulitan belajar erat kaitannya dengan faktor-faktor yang melatarbelakanginya seperti adanya gangguan konsentrasi, gangguan motorik, gangguan persepsi, dan sebagainya. Oleh karena itu pembelajaran menulis pada anak kesulitan belajar ditujukan tidak hanya mengembangkan kemampuan menulis tetapi juga menghilangkan kesulitan-kesulitan yang melatarbelakanginya. Guru harus melakukan pembelajaran yang terencana dan teratur dimulai dengan pengumpulan data awal melalui asesmen, penyusunan program, pelaksanaan dan evaluasi yang senantiasa dilakukan secara terus menerus dan terukur.
Pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak, menuntut pemahaman guru dan kerja sama yang harmonis dengan orang tua. Dengan demikian kemajuan belajar anak berkesulitan belajar akan berkembang secara optimal.
B. HAMBATAN KETERAMPILAN MENULIS
Hambatan-hambatan menulis yang muncul pada anak berkesulitan belajar terjadi pada keterampilan menulis dengan tangan, mengeja, dan menulis ekspresif. Pada kesempatan ini akan dibahas kesulitan belajar menulis yang meliputi:
1. Kesulitan menulis dengan tangan (Handwriting)
Jenis kesulitan menulis yang dialami anak antara lain:
·         Terlalu lambat dalam menulis
·         Salah arah pada penulisan huruf dan angka, contohnya: menulis huruf “n” dimulai dari ujung bawah kaki kanan huruf
·         Tulisan terlalu miring
·         Jarak antar huruf tidak konsisten
·         Tidak tepat dalam mengikuti garis horizontal
·         Tekanan pensil terlalu kuat atau terlalu lemah
·         Ukuran tulisan terlalu besar atau terlalu kecil
·         Gerakan menulis kaku, kadang tersendat
·         Bentuk huruf yang ditulis terbalik
2. Kesulitan mengeja
Jenis kesulitan menulis yang dialami anak antara lain:
·         Kesulitan mengenal huruf atau abjad
·         Kesulitan mengenal kata
·         Kesulitan mengucapkan kata yang diketahuinya
·         Kesulitan membedakan bunyi pada kata-kata
·         Kesulitan mengasosiasikan bunyi dengan huruf
·         Kesulitan mengeja kata
·         Kesulitan menemukan aturan ejaan kata
·         Kesulitan menuliskan kata dengan ejaan yang benar
·         Menambah atau menghilangkam huruf pada kata
C. ASESMEN
1. Kesulitan Menulis dengan Tangan
a. Mengamati proses menulis, cara yang dilakukan:
·         Bagaimana cara anak memegang alat tulis
·         Bagaimana posisi duduk anak
·         Bagaimana posisi buku atau kertas
·         Bagaimana jarak mata dengan kertas atau buku
·         Apakah anak tampak tegang, frustasi, atau emosional pada saat menulis
·         apakah anak menunjukkan sifat bosan, mudah terganggu waktu menulis
·         apakah anak gelisah, perhatiannya mudah teralihkan
b. Menganalisis contoh tulisan
·         bagaimana bentuk kata
·         bagaimana ukuran, letak, dan proporsi huruf
·         bagaimana jarak huruf dalam kata
·         bagaimana tebal tipisnya huruf
·         bagaimana tegak/miring
·         bagaimana kebersihan dan kerapihan tulisan
2. Kesulitan Mengeja
a. Observasi
Yang diobservasi meliputi:
·         Sikap anak, seperti keengganan bertanya
·         Kebiasaan kurang teliti dalam ejaan
·         Hasil tulisan
·         Tentang penguasaan kosakata
·         Respon lisan anak
b. Dikte
·         Kemampuan anak dalam menangkan kata yang diucapkan guru
·         Penguasaan anak terhadap unsur-unsur kata, seperti: bunyi /k/ pada akhir kata (naik, tarik)
·         Akhiran kan sesudah huruf /k/ menunjukkan, menaikkan, dan sebagainya
·         Selanjutnya bahan dikte dapat dikembangkan sendiri oleh guru
·         Kemampuan mengeja dapat dianalisis, meliputi: Penambahan huruf, penghilangan huruf, susunan huruf terbalik, salah interpretasi kata.
c. Tes Modalitas
Terdapat 5 teknik kombinasi mobilitas input (sensori) dan output (memori), yaitu:
·         Guru mengucapkan kata, kemudian anak mengucapkan ejaannya (auditori-vokal)
·         Guru mengucapkan kata, anak menuliskan ejaannya pada kertas (auditori-motorik)
·         Guru secara sepintas menunjukkan kata pada kartu kata, anak mengucapkan ejaannya (visual-vokal)
·         Guru secara sepintas menunjukkan kata, anak menuliskan ejaannya pada kertas (visual-motorik)
·         Guru menunjukkan kata secara sepintas kemudian sambil mengucapkannya, anak mengucapkan ejaan kemudian menuliskannya (kombinasi)
·         Cara ini dapat menggambarkan kombinasi mobilitas mana yang dapat menghasilkan penguasaan anak paling tinggi
D. PEMBELAJARAN
Pembelajaran menulis tangan (handwriting)
1. Kesiapan Menulis
o   Keterampilan motorik, koordinasi mata tangan
o   Diskriminasi visual
o   Keterampilan dasar ini dapat dikembangkan melalui manipulasi kegiatan, misalnya: Menggunting, menggambar dengan ujung jari tangan, mencari perbedaan dan persamaan bentuk, warna , posisi dan sebagainya. Selanjutnya dapat dikembangkan melalui latihan-latihan seperti berikut:
o   Gerakan tangan ke berbagai arah atas, bawah, kiri, kanan, depan, belakang
o   Menelusuri bentuk-bentuk geometri dan garis putus-putus
o   Menghubungkan titik-titik
o   Membuat garis horizontal dari kiri ke kanan
o   Membuat garis lingkaran ke luar dan ke dalam
2. Menulis Huruf Balok
a. Multi sensori
Melalui pendekatan ini anak melihat cara menulis, mendengar penjelasan cara menulis, dan menelusuri huruf.. Langkah-langkahnya:
·         Guru menunjukkan huruf
·         Guru menyebutkan nama huruf, menjelaskan cara menulisnya
·         Anak menelusuri huruf sambil menyebutkannya
·         Anak menelusuri huruf dengan pensil
·         Anak menyalin huruf pada kertas.
a. Model berangsur
Guru menunjukkan huruf dengan tulisan tebal, anak menelusurinya dengan jari. Secara berangsur ,ketebalan huruf dikurangi, anak menelusuri lagi, kemudian menyalinnya dikertas. Pengurangan ketebalan huruf secara berangsur ini dapat berupa huruf dengan tulisan tipis, huruf dengan garis-garis putus, dan huruf dengan titik pada sudut-sudutnya saja.
3. Tahap Transisi
Tahap transisi ini dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
·         Kata ditulis dalam huruf balok
·         Huruf-hurufnya saling dihubungkan menggunakan garis putus-putus
·         Anak menelusuri huruf balok dan garis penghubungnya untuk membentuk huruf bersambung
4. Tulisan Bersambung
Pada tulisan bersambung huruf-huruf dalam satu kata disambungkan dengan garis penghubung. Setelah anak menguasai huruf bersambung lepas anak harus segera belajar menghubungkan huruf menjadi kata.
Pembelajaran Mengeja:
1. Mengajarkan aturan ejaan
Terdapat dua cara yaitu pendekatan ejaan dan pendekatan linguistik. Pendekatan ejaan/fonik mengajarkan kaitan anatara huruf dan bunyi. Bunyi /a/ dilambangkah huruf a, bunyi /k/ dilambangkan huruf k, dan sebagainya. Dengan pengetahuan ini, ketika anak mendengar kata “saku” anak langsung dapat mengejanya menjadi suku kata.
Pendekatan linguistik, kaitannya antara huruf dan bunyi tidak dijelaskan secara langsung. Anak tidak akan diberi penjelasan bahwa buny /i/ menjadi tidak sempurna, jika berada di tengan suku kat, tetapi ditunjukkan pola ejaan kata-kata “kucing”, “kambing” dan sebagainya. Setelah menganalisis kata-kata yang mempunyai pola ejaan yang sama, anak akan dapat menggeneralisasikan pola tersebut untuk menerka ejaan kata-kata “kancing, “daging” dan seterusnya.
2. Pendekatan Multisensori M. Sugiarmin PLB
Pendekatan ini mempunyi tiga unsur, yaitu a) persepsi yang jelas tentang bentuk kata, b) pengembangan gambaran visual kata, c) penanaman kebiasaan melalui penulisan berulang-ulang sehingga gerakan motoriknya otomatis.
Langkah-langkahnya:
·         Guru menuliskan dan mengucapkan kata, anak melihat dan mendengarkan
·         Anak menelusuri kata dengan jarinyasambil mengucapkan kata tersebut secara berulang dan menuliskan pada kertas
·         Anak menulis kata tanpa melihat contoh, jika benar tambah dengan kata laindengan mengikuti prosedur yang sama.Pada tahap selanjutnya, anajk tidak lagi menelusuri bentuk kata dengan jari. Anak hanya melihat kata yang ditulis guru kemudian menulisnya.
E. PENUTUP
Keterampilan menulis meliputi menulis permulaaan atau tulisan tangan, mengeja, dan menulis ekspresif. Hambatan menulis yang sering muncul pada anak berkesulitan belajar berkaitan erat dengan faktor-faktor yang melatar belakanginya seperti hambatan-hambatan konsentrasi, motorik, persepsi, memori, sikap, suasana emosi, dan lingkungan.
Pembelajaran menulis bagi anak berkesulitan belajar ditujukan tidak hanya pada keterampilan menulisnya saja, tetapi juga membantu mengatasi hambatan-hambatan yang melatarbelakangi kesulitan menulis yang dialami anak.

curahan hati seorang yg tak pernah dianggap dewasa




Andai aq bisa milih
Aq akan pilih tdk pernah mengenal kamu...
Bukan krn kamu menyakiti aq makax aq gak mau mengenalmu.
Tp...
Krn aq gak tau apa aq akan bisa membahagiakan kamu sperti kmu yng slalu berusaha membahagiakn aq

Aq lbh memilih tdk prnah mengenalmu drpd akhirnya aq akan melukai perasaanmu..
Krn aq gak pernah tau seberapa besar tangguhnya aq tuk melawan keinginan mereka...

Aq merasa hanya seprti boneka
Dipakaikan baju
Diatur sedemikian rupa tanpa peduli apa yang aq rasakan

Tp aq gak memiliki daya apa2  meski sekuat apapun q melawan mereka
krn bagi mereka
Aq hxlah ANICK yg msh bocah...
Anick yg slalu dianggap bocah selamanya....

Minggu, 02 Desember 2012

lirik lagu a thousand year by christina perri ft steve kazee



Christina Perri ft. Steve Kazee – A Thousand Years

The day we met
Frozen I held my breath
Right from the start
I knew that I found a home
For my heart beats fast
Colors and promises
How to be brave
How can I love when I’m afraid to fall
But watching you stand alone
All of my doubt suddenly goes away somehow
One step closer
I have died everyday waiting for you
Darling don’t be afraid I have loved you
For a thousand years
I’ll love you for a thousand more
Time stands still
Beauty in all she is
I will be brave
I will not let anything take away
What’s standing in front of me
Every breath
Every hour has come to this
One step closer
I have died everyday waiting for you
Darling don’t be afraid I have loved you
For a thousand years
I’ll love you for a thousand more
And all along I believed I would find you
Time has brought your heart to me
I have loved you for a thousand years
I’ll love you for a thousand more
I’ll love you for a thousand more
One step closer
I have died everyday waiting for you
Darling don’t be afraid I have loved you
For a thousand years
I’ll love you for a thousand more
And all along I believed I would find you
Time has brought your heart to me
I have loved you for a thousand years
I’ll love you for a thousand more

Senin, 26 November 2012

tugas "drama"

A.           SEJARAH  DRAMA
Kebanyakan dari kita mengira bahwa drama berasal dari Yunani Kuno. Ada tiga macam teori yang mempersoalkan asal mula drama. Menurut Brockett, drama mungkin telah berkembang dari upacara relijius primitif yang dipentaskan untuk minta pertolongan dari Dewa. Upacara ini mengandung banyak unsur drama. Para pendeta sering memerankan mahluk supranatural atau binatang dan kadang–kadang meniru aksi berburu. Kisah ini berkembang dan tetap hidup bahkan setelah upacara itu sendiri sudah tidak ada lagi. Dan itu merupakan dasar dari banyak drama.
Teori kedua bahwa himne pujian dinyanyikan bersama didepan makam seorang pahlawan. Pembicara memisahkan diri dari koor dan memperagakan perbuatan-perbuatan dalam kehidupan almarhum pahlawan itu. Bagian yang diperagakan makin lama makin rumit dan koor tidak dipakai lagi. Seorang kritisi memberi kesan bahwa sementara koor makin lama makin kurang penting, muncul pembicara lain. Dialog mulai terjadi ketika ada dua pembicara diatas panggung.
Teori ketiga memberi kesan bahwa drama tumbuh dari kecintaan manusia untuk bercerita. Kisah–kisah yang diceritakan disekeliling api perkemahan menciptakan kembali kisah-kisah perburuan atau peperangan, atau perbuatan gagah seorang pahlawan yang telah gugur.
Ketiga teori itu merupakan cikal-bakal drama. Meskipun tak seorang pun merasa pasti mana yang terbaik, harus diingat bahwa ketiganya membicarakan tentang action. Konon, action adalah intisari dari seni pertunjukan.

B.            PENGERTIAN DRAMA
Kata drama berasal dari bahasa Yunani Draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak. Jadi drama bisa berarti perbuatan atau tindakan. Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak. Konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok drama. Drama  adalah  hidup  yang  dilukiskan  dengan  gerak  dan  konflik  merupakan  sumber  pokok  dari drama.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) drama memiliki beberapa pengertian. Pertama, drama diartikan  sebagai  komposisi  syair  atau  prosa yang diharapkan dapat menggambarkan  kehidupan  dan  watak  melalui  tingkah  laku (akting) atau  dialog  yang  dipentaskan.  Kedua, cerita atau kisah terutama yang melibatkan konflik atau emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukan teater.  Ketiga, kejadian yang  menyedihkan.
Arti pertama dari Drama adalah kualitas komunikasi, situasi, actiom (segala yang terlihat di pentas) yang menimbulkan perhatian, kehebatan (axcting), dan ketegangan pada para pendengar.
Arti kedua, menurut Moulton Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak (life presented in action).
Arti ketiga drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action dihadapan penonton (audience)
Adapun istilah lain drama berasal dari kata drame, sebuah kata Perancis yang diambil oleh Diderot dan Beaumarchaid untuk menjelaskan lakon-lakon mereka tentang kehidupan kelas menengah. Dalam istilah yang lebih ketat, sebuah drama adalah lakon serius yang menggarap satu masalah yang punya arti penting meskipun mungkin berakhir dengan bahagia atau tidak bahagia  tapi tidak bertujuan mengagungkan tragedi. Bagaimanapun juga, dalam jagat modern, istilah drama sering diperluas sehingga mencakup semua lakon serius, termasuk didalamnya tragedi.
Drama adalah satu bentuk lakon seni yang bercerita lewat percakapan dan action tokoh-tokohnya. Akan tetapi, percakapan atau dialog itu sendiri bisa juga dipandang sebagai pengertian action.  Meskipun merupakan satu bentuk kesusastraan, cara penyajian drama berbeda dari bentuk kekusastraan lainnya. Novel, cerpen dan balada masing-masing menceritakan kisah yang melibatkan tokoh-tokoh lewat kombinasi antara dialog dan narasi, dan merupakan karya sastra yang dicetak. Sebuah drama hanya terdiri atas dialog  mungkin  ada semacam penjelasannya, tapi hanya berisi petunjuk pementasan untuk dijadikan pedoman oleh sutradara. Oleh para ahli, dialog dan tokoh itu disebut hauptext atau teks utama  petunjuk pementasannya disebut nebentext atau tek sampingan.
Tidak adanya narasi dalam drama bisa digantikan oleh akting para pemain yang  menghubunkan  diri mereka sendiri dengan perlengkapan, perlampuan dan iringan musik, menciptakan suasana dan menghidupkan panggung itu menjadi dunia yang amat nyata. Disamping itu, penjelasan tentang tokoh disampaikan melalui dialog antara tokoh yang membicarakan tokoh lain. Pada puisi, daya ekpresi dan irama menempati posisi yang dominan. Oleh karena itu, puisi tidak bercerita. Jika balada bertumpu pada narasi, sebab sebenarnya balada adalah kisah, atau cerita yang dinyanyikan. Contohnya, mahabarata dan ramayana dalam bentuk tembang. Puisi yang dibaca dengan baik menjadi dramatik, seperti yang dilakukan Rendra. Maka tidak diragukan lagi drama kadang dianggap diambil dari kata dramen yang berarti sesuatu untuk dimainkan. Mungkin drama memperoleh hampir semua efektivitasnya dari kemampuannya untuk mengatur dan menjelaskan pengalaman manusia. Oleh karenanya, drama seperti halnya karya sastra pada umumnya, dapat dianggap sebagai interprestasi penulis lakon tentang hidup. Unsur dasar drama perasaan, hasrat, konflik dan rekonsilasi merupakan unsur utama pengalaman manusia.
Dalam kehidupan nyata, semua pengalaman emosional tersebut merupakan kumpulan berbagai kesan yang saling ada hubungannya. Bagaimanapun juga, dalam drama, penulis lakon mampu mengorganisir semua pengalaman ini ke dalam satu pola yang bisa dipahami. Penonton melihat materi kehidupan nyata yang disajikan dalam bentuk yang padat makna dengan menghapus hal-hal yang tidak penting dan memberi tekanan kepada hal-hal yang penting.
Penulis lakon menulis drama untuk dipentaskan, ia menulis drama itu dengan membayangkan action dan ucapan para aktor diatas panggung. Jadi ucapan dan action yang terwujud dalam dialog itu adalah bagian paling penting, yang tanpa itu drama bukan benar-benar sebuah lakon.  Karena itu, sebuah drama mewujudkan action, emosi, pemikiran, karakterisasi, yang perlu digali dari dialog-dialog itu. Dan satu keharusan bagi seorang sutradra untuk menganalisis drama sebelum memanggungkan drama itu.
C.           BENTUK-BENTUK DRAMA
Drama menurut masanya dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu drama baru dan drama lama.  Drama baru / drama modern adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia sehari-hari.  Sedangkan drama lama / drama klasik adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentang kesaktian, kehidupan istanan atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar biasa, dan lain sebagainya.

1.          Berdasarkan bentuk sastra cakapannya, drama dibedakan menjadi dua yaitu:
·        Drama puisi,  yaitu  drama  yang  sebagian  besar cakapannya disusun dalam bentuk puisi atau menggunakan unsur-unsur puisi.
·       Drama prosa, yaitu drama yang cakapannya disusun dalambentuk prosa
2.    Berdasarkan sajian isinyaa.
·      Tragedi (drama duka), yaitu drama  yang  menampilkan tokoh yang sedih atau muram, yang terlibat dalam situasi gawat  karena sesuatu yang tidak menguntungkan. Keadaan tersebut  mengantarkan  tokoh  pada  keputus asaan  dan kehancuran.  Dapat  juga  berarti  drama serius  yang melukiskan  tikaian  di antara tokoh utama dan kekuatan yang luar biasa,  yang  berakhir  dengan  malapetaka  atau kesedihan.
·      Komedi (drama ria),  yaitu  drama  ringan  yang  bersifat menghibur,  walaupun  selorohan di dalamnya dapat  bersifat menyindir,  dan  yang berakhir dengan bahagia.
·      Tragikomedi  (drama dukaria),  yaitu  drama  yang  sebenarnya menggunakan  alur dukacita  tetapi  berakhir  dengan kebahagiaan.
3.    Berdasarkan kuantitas cakapannyaa.
·      Pantomim, yaitu   drama tanpa  kata-katab
·      Minikata,  yaitu  drama  yang  menggunakan  sedikit  sekali  kata-kata.
·      Dialogmonolog,  yaitu drama yang menggunakan banyak kata-kata.
4.    Berdasarkan besarnya pengaruh unsur seni lainnyaa.
·      Opera/operet, yaitu drama yang menonjolkan seni suara atau musik
·      Sendratari, yaitu drama  yang  menonjolkan  seni eksposisi.
·      Tablo, yaitu drama yang menonjolkan seni eksposisi
5.     Bentuk-bentuk lainnya
·      Drama absurd, yaitu  drama yang  sengaja mengabaikan  atau melanggar konversi  alur, penokohan,  tematik.
·      Drama baca, naskah drama yang hanya cocok untuk dibaca, bukan dipentaskan.
·      Drama borjuis, drama yang bertema tentang kehidupan  bangsawan (muncul abad ke-18)
·      Drama domestik, drama yang menceritakan kehidupan  rakyat  biasa.
·      Drama duka, yaitu  drama  yang  khusus  menggambarkan kejahatan atau keruntuhan tokoh utama.
Ø  Drama liturgis,  yaitu drama yang pementasannya digabungkan dengan upacara kebaktian gereja (di Abad Pertengahan).
Ø  Drama satu babak,  yaitu lakon yang terdiri dari satu babak, berpusat pada satu tema dengan  sejumlah  kecil  pemerannya, latar, serta pengaluran yang ringkas.
Ø  Drama rakyat, yaitu drama yang timbul dan berkembangsesuai dengan festival rakyat yang ada (terutama dipedesaan).

D.    UNSUR-UNSUR DRAMA
1.      Unsur-unsur dalam drama meliputi :
·      Tema : gagasan/ide/dasar cerita.
·      Alur : tahapan cerita yang bersambungan. Meliputi Pemaparan, pertikaian, penggawatan, klimaks, peleraian. Dilihat dari cara menyusun : alur maju/lurus, alur mundur, alur sorot balik, alur gabungan.
·      Tokoh:Pemain/orang yang berperan dalam cerita.
Tokoh dilihat dari watak : protagonis, antagonis, dan tritagonis.
Tokoh dilihat dari perkembangan watak : tokoh bulat dan tokoh datar.
Tokoh dilihat dari kedudukan dalam cerita : tokoh utama(sentral) dan tokoh bawahan (sampingan).
·      Latar : bagian dari cerita yang menjelaskan waktu dan tempat kejadian ketika tokoh  mengalami peristiwa.
Latar terbagi dalam :
Ø  Latar sosial : latar yang berupa, waktu, suasana,  masa, bahasa.
Ø  Latar fisik : latar yang berupa benda-benda di sekitar tokoh misal, rumah, ruang tamu, dapur, sawah, hutan, pakaian/ baju.
·      Amanat : pesan atau sisipan nasihat yang disampaikan pengarang melalui tokoh dan konflik dalam suatu cerita.
        Hal mendasar yang membedakan antara karya sastra puisi, prosa, dan drama adalah pada bagian dialog. Dialog adalah komunikasi antar tokoh yang dapat dilihat (bila dalam naskah drama) dan didengar langsung oleh penonton, apabila dalam bentuk drama pementasan.
2.        Struktur drama meliputi:
·      Eksposisi,  Isinya pemaparan masalah utama atau konflik utama yang berkaitan dengan posisi diametral antara protagonis dan antagonis. Hasil akhir, Antagonis berhasil menghimpun kekuatan yang lebih dominan.
·      Raising Action,  Isinya menggambarkan pertentangan kepentingan antar tokoh. Hasil akhir, Protagonis tidak berhasil melemahkan Antagonis. Antagonis mengancam kedudukan Protagonis. Krisis diawali.
·      Complication, Isinya perumitan pertentangan dengan hadirnya konflik sekunder. Pertentangan meruncing dan meluas, melibatkan sekutu kedua kekuatan yang berseteru. Hasil akhir, Antagonis dan sekutunya memenangkan pertentangan. Kubu protagonis tersudut.
·      Klimaks,  Isinya jatuhnya korban dari kubu Protagonis,  juga korban dari kubu Antagonis. Hasil akhir ,peristiwa-peristiwa tragis dan menimbulkan dampak besar bagi perimbangan kekuatan antar kubu.
·      Resolusi, Isinya hadirnya tokoh penyelamat, bisa muncul dari kubu protagonis atau tokoh baru yang berfungsi sebagai penyatu kekuatan kekuatan konflik, sehingga situasi yang kosmotik dapat tercipta kembali. Pada tahap ini, pesan moral disampaikan, yang biasanya berupa solusi moral yang berkaitan dengan tema atau konflik yang sudah diusung.
E.     MANFAAT DRAMA
Banyak hal yang dapat kita raih dalam bermain drama, baik fisik maupun psikis. Di bawah ini akan diuraikan manfaat bermain drama.
·      Meningkatkan pemahaman
Meningkatkan pemahaman kita terhadap fenomena dan kejadian-kejadian yang sering kita saksikan dan kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Kita menyadari bahwa memahami orang lain merupakan pekerjaan yang paling sulit dan membutuhkan waktu. Untuk itu drama/teater merupakan salah satu cara untuk memecahkannya. Dengan bermain drama atau berteater kita selalu berkumpul dengan orang-orang yang sama sekali berbeda dengan diri kita. Dari segi individual differences inilah kita dituntut untuk memahami orang lain. Pemahaman kita kepada orang lain tidak hanya dilihat dari orangnya, melainkan keseluruhan orang tersebut. Meliputi sifat, watak, cara berbicara, cara bertindak (tingkah laku), cara merespon suatu masalah, merupakan keadaan yang harus kita pahami dari orang tersebut.
·      Mempertajam kepekaan emosi
Drama melatih kita untuk menahan rasa, melatih kepekaan  rasa, menumbuhkan kepekaan, dan mempertajam emosi kita. Rasa kadang kala tidak perlu dirasakan, karena sudah ada dalam diri kita. Perlu diingat bahwa rasa, sebagai sesuatu yang khas, perlu dipupuk agar semakin tajam. Apa yang ada dihadapan kita perlu adanya rasa. Kalau tidak, maka segala sesuatu yang ada akan kita anggap wajar saja. Padahal sebenarnya tidak demikian. Kita semakin peka terhadap sesuatu tentu saja melalui latihan yang lebih. Rasa indah, seimbang, tidak cocok, tidak asyik, tidak mesra adalah bagian dari emosi. Oleh karena itu, perasaan perlu ditingkatkan untuk mencapai kepuasan batin.
Drama menyajikan semua itu. Peka panggung, peka kesalahan, peka keindahan, peka suara atau musik, peka lakuan yang tidak enak dan enak, semua berasal dari rasa. Semakin kita perasa semakin halus pula tanggapan kita terhadap sesuatu yang kita hadapi.
·           Pengembangan ujar
Naskah drama sebagai genre sastra, hampir seluruhnya berisi cakapan. Cakapan secara tepat, intonasi, maka ujar kita semakin jelas dan mudah dipahami oleh lawan bicara. Kejelasan tersebut dapat membantu pendengar untuk mencerna makna yang ada. Harus ada kata yang ditekankan supaya memudahkan pemaknaan. Dimana kita memberi koma (,) dan titik (.). hampir keseluruhan konjungsi harus diperhatikan selam kita berlatih membaca dalam bermain drama. Suara yang tidak jelas dapat berpengaruh pada pendengar dan lebih-lebih pemaknaan pendengar atau penonton. Di sini perlu adanya  kekuatan vokal dan warna vokal yang berbeda dalam setiap situasi. Tidak semua situasi memerlukan vokal yang sama. Tidak semua kalimat harus ditekan melainkan pasti ada yang dipentingkan. Drama memberi semua kemungkinan ini. Sebagai salah satu karya sastra yang harus dipentaskan dan berisi lakuan serta ucapan.
·           Apresiasi dramatik.
Apresiasi dramatik dikatakan sebagai pemahaman drama. Realisasi pemahaman ini adalah dengan pernyataan baik dan tidak baik. Kita bisa memberi pernyataan tersebut jika kita tidak pernah mengenal drama. Semakin sering kita menonton pementasan drama semakin luas pula pemahaman kita terhadap drama atau teater. Karena itulah, kita dituntut untuk lebih meningkatkan kecintaan kita terhadap drama. Hal ini dilakukan dengan tujuan memperoleh wawasan dramatik yang lebih baik.
·           Pembentukan Postur Tubuh
Postur berkaitan erat dengan latihan bermain drama, latihan ini dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu dasar dan lanjut. Yang termasuk latihan dasar ini adalah latihan vokal dan latihan olah tubuh. Yang terkait dengan postur adalah olah tubuh. Kelenturan tubuh diperlukan dalam bermain drama, sebab bermain drama memerlukan gerak-gerik. Gerak-gerik inilah yang nantinya dapat membentuk postur tubuh kita sedemikian rupa.
·           Berkelompok (Bersosialisasi)
Bermain drama tidak mungkin dilaksanakan sendirian, kecuali monoplay. Bermain drama, secara umum, dilakukan secara berkelompok atau group. Betapa sulitnya mengatur kelompok sudah kita pahami bersama, bagaimana kita bisa hidup secara berkelompok adalah bergantung pada diri kita sendiri.
Masing-masing orang dalam kelompok drama memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama. Tak ada yang lebih dan tak ada yang kurang, semuanya sama rendah dan sama tinggi, sama-sama penting. Untuk itu, drama selalu menekankan pada sikap pemahaman kepada orang lain  dan lingkungannya.
Kelompok drama harus merupakan satu kesatuan  yang utuh. Semua unsur dalam drama tidak ada yang tidak penting, melainkan semuanya penting. Rasa kebersamaan, memiliki, dan menjaga keharmonisan kelompok merupakan tanggung jawab dan tugas semua anggota kelompok itu. Bukan hanya tugas dan tanggung jawab ketua kelompok. Baik buruknya pementasan drama tidak akan dinilai dari salah seorang anggota kelompok tetapi semua orang yang terlibat dalam pementasan. Oleh karena itu, perlu adanya kekompakan, kebersamaan, dan kesatuan serta keutuhan.
·           Menyalurkan hobi
Bermain drama dapat juga dikatakan sebagai penyalur hobi. Hobi yang berkaitan dengan sastra secara umum dan drama khususnya. Dalam drama terdapat unsur-unsur sastra. Drama sebagai seni campuran (sastra, tari, arsitektur).